Google

Tuesday, June 5, 2007

Forum Syari'ah


>


Pentingnya Potensi Bisnis Pesantren
Republika online



Tuntutan pesantren saat ini tidak sekedar mendidik siswa menjadi santri yang mampu mengamalkan ajaran agama saja. Namun, telah berkembang menjadi salah satu tempat mensosialisasikan ajaran ekonomi syariah agar para santri memahami praktik ekonomi syariah secara benar.

Karena itu peran umat, khususnya mereka yang berada di pondok-pondok pesantren sangat besar bagi bank syariah. ''Hal yang mendesak dan strategis adalah menyatukan bank syariah dengan umat,'' kata Ketua Forum Umat Islam Surakarta (FUIS) A. Iskandar Zulkarnain pada acara Direct Selling Perbankan Syariah dalam rangka Program Akselerasi Bank Syariah 2007 yang digelar di Pondok Pesantren Modern As-Salam Surakarta, Ahad pekan lalu.





Acara yang diadakan FUIS itu didukung Bank Indonesia dan bank-bank syariah se-Surakarta, yakni Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Danamon Syariah , BRI Syariah, BNI Syariah dan BTN Syariah. Acara itu dihadiri perwakilan MUI Surakarta, para alim ulama, tokoh masyarakat, pimpinan 30 pondok pesantren se-Surakarta Syamsul Anwar, Selaku Ketua Majlis Tarjih Pengurus Pusat Muhammadiyah dan Harisman, staf Ahli Dewan Gubernur BI.

Iskandar menambahkan, berjamaahnya bank syariah menyatu dengan umat akan sangat membantu akselerasi perbankan syariah. ''Insya Allah, kalau ban-bank syariah menyatu dengan umat, target pangsa pasar perbankan syariah sebesar lima persen pada tahun 2008 akan tercapai,'' tandasnya.

Diakuinya, bank-bank syariah sebagai entitas bisnis tentu mempunyai goals dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaannya, namun tidak berarti harus menjadikan bank syariah yang lain menjadi pesaingnya. ''Jadi, yang harus kita kembangkan adalah fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) dalam nafas berkompetisi antarbank syariah.

Berjamaahnya bank syariah juga harus memberikan maslahat bagi umat, sehingga bank syariah akan menyatu dan menjadi bagian dari umat.

Ustadz Badru Tammam, dari PP Isykarima mengatakan, selama masyarakat masih menggunakan sistem ribawi, maka Allah dan Rasul-Nya melancarkan peperangan terhadap manusia (QS Al-Baqarah: 278-279). ''Yang terjadi adalah, harga barang melangit, biaya hidup semakin tinggi, sebagai bentuk penyerangan Allah. Bangkrutnya banyak perusahaan, merebaknya macam-macam tindak kesehatan, munculnya saling curiga, benci dan permusuhan, meningkatnya angka kemiskinan dan pengangguran serta tidak adanya berkah,'' katanya.

Solusi terhadap persoalan tersebut sudah jelas, yakni berhijrah ke bank syariah. ''Solusinya adalah memilih bank syariah, karena bank tersebut sesuai dengan syariat Islam dan benar,'' katanya.

Badru Tammam juga menambahkan, bank-bank syariah mengikat Muslim dengan aqidahnya, sehingga Muslim melakukan apa yang dihalalkan Allah dan menghindari apa yang diharamkan-Nya. ''Bank-bank syariah mengambil prinsip toleransi, kasih sayang dan kemudahan dalam bertransaksi. Bank-bank Syariah mengambil tangan orang muslim untuk menyelamatkan kesulitan umatnya dalam bermuamalah secara syariah,'' paparnya.

Agar gaung acara direct selling tersebut makin terasa, maka harus diikuti dengan langkah nyata. Antara lain pembukaan rekening oleh bank-bank syariah untuk 30 pondok pesantren, 18 Linkage Program penguatan ekonomi mikro, 35 Qordul Hasan kepada Kopontren dan pengusaha di sekitar bank-bank syariah, serta beasiswa kepada santri-santri pondok pesantren.
(ika )

1 Comments:

Blogger Francisca Sestri said...

Memang ekonomi Syariah tepat untuk Indonesia yang rapat penduduk, dan saya kenal baik Mantan Ketua Umum Masyarakat Syariah. Dr. Aries Mufti dan bendahara Ismi K. sekarang Kepala Wil BNI Syariah Jak Sel.

January 24, 2009 at 4:46 AM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

 


© 2006 FE-UNS | Design by Rohman Abdul Manap
:::    Skip to top   :::

Download